Sambil me
Dalam dunia teknologi informasi super cepat saat ini, banyak sekali pengetahuan dan informasi yang dimungkinkan untuk masuk ke dalam memori kita. Dunia internet memungkinkan kita untuk memilah-milah informasi-informasi dan pengetahuan seperti apa yang kita inginkan, terutama dalam era media sosial dan jejaring sosial seperti sekarang ini. Hampir semua kita memiliki minimal satu akun media sosial atau jejaring sosial seperti Facebook, Twitter, Blog, Forum, Milis, Path, dan lain sebagainya. Kalau kita perhatikan, dengan akun-akun tersebut kita dimungkinkan untuk hanya menyerap informasi dan pengetahuan seperti yang kita inginkan berdasarkan minat kita saja. Misalnya, para penggemar sepak bola biasanya bergabung dengan akun-akun penggemar sepak bola dan tidak dengan kelompok akun olah raga lain yang bukan kegemarannya. Atau juga kalau anda menyukai bidang energy, maka anda akan lebih fokus untuk bergabung dengan kelompok penyuka bidang energy saja dan sedikit sekali berinteraksi dengan kelompok penyuka Teknologi Informasi karena mungkin tidak menarik buat anda. Atau bahkan kita hanya membuka website yang berkaitan dengan bidang minat kita, termasuk pada website berita online.
Buat saya, ini adalah kabar baik sekaligus juga kabar buruk. Konsentrasi pada satu kelompok dengan kesamaan minat, baik itu berupa hobi, bisnis, filosofi, dan lain sebagainya memang akan semakin mempertajam informasi dan pengetahuan kita, sehingga kita bisa menjadi semakin expert. Namun demikian, dalam dunia nyata kita dihadapkan dengan berbagai orang dan kelompok dari berbagai bidang minat. Saya membayangkan kalau kita tidak bisa get in the loop dalam percakapan yang kebetulan bukan topik yang kita minati, sementara lawan bicara kita adalah orang yang semakin expert karena memang bidang minat dia, maka kita akan menjadi terasing.
Kalau dahulu ada orang bijak mengatakan bahwa “Siapa menguasa informasi, dia menguasai dunia”, rasanya hal ini masih sangat relevan dengan keadaan sekarang. Yang menjadi pertanyaan adalah apakah perkataan orang bijak tersebut saat ini hanya berlaku untuk para pemilik usaha media sosial atau jejaring sosial seperti facebook, twitter, path, dan lain-lain saja dimana mereka adalah billionair-billionair baru dunia teknologi informasi, atau termasuk juga kita didalamnya sebagai pengguna?
Ketidak terbukaan atas informasi dan pengetahuan yang bukan menjadi minat kita bisa menjadikan kita mengalami lack of knowledge. Padahal dalam pengambilan keputusan kita selalu dihadapkan pada pilihan-pilihan dengan masukan informasi yang sangat banyak. Kita perlu untuk membuka diri terhadap semua bentuk pengetahuan dan pemahamannya. Mungkin tidak mendalam seperti yang menjadi bidang minat kita, namun juga tidak terlalu dangkal. Kita perlu membangun attitude of knowledge yang baik, dimana pada akhirnya semua keputusan yang kita buat haruslah didukung oleh berbagai aspek pengetahuan yang memadai.
Dunia teknologi informasi telah memberikan ruang yang sangat luas bagi kita untuk “mencari ilmu sampai ke negeri Cina” seperti yang menjadi petuah dari orang tua kita dahulu. Maksudnya bukan hanya untuk mencari informasi tapi juga mencari inspirasi dan pengetahuan. Bahkan untuk browsing misalnya di google atau yahoo sekalipun, kita memerlukan pengetahuan yang memadai untuk melakukannya. Kabar baiknya, pengetahuan untuk mendapatkan pengetahuan tersebut ternyata bisa juga kita temukan kalau kita browsing di internet. Kalau ini bisa kita optimasi, saya yakin suatu saat anda dan saya bisa menjadi penguasa informasi yang bisa menguasai dunia.
Salam.
nikmati secangkir kopi bersama dua orang rekan di café tempat saya biasa singgah saat menunggu macet berlalu, kami berbicang tentang banyak hal, dari mulai perubahan iklim, pemilihan presiden, tingkat inflasi, krisis ekonomi dan sosial, sampai topik-topik lain seperti bidang energy dan tokoh-tokoh dunia. Dari kami bertiga, saya memperhatikan bahwa ada hal-hal yang salah satu rekan saya mengerti begitu dalam, sementara saya kurang mengerti dan demikian juga sebaliknya. Bahkan salah seorang rekan kerap kali terlihat diam saja karena memang tidak mengerti apa yang sedang kami perbincangkan, sementara bila tiba pada topik yang dia mengerti barulah dia mengemukakan pendapatnya. Mungkin ini adalah hal yang jamak saja terjadi, dimana seseorang tidak harus mengetahui semua hal dan pilihan yang tepat adalah untuk tidak bersuara atas sesuatu yang tidak dia mengerti.
Dalam dunia teknologi informasi super cepat saat ini, banyak sekali pengetahuan dan informasi yang dimungkinkan untuk masuk ke dalam memori kita. Dunia internet memungkinkan kita untuk memilah-milah informasi-informasi dan pengetahuan seperti apa yang kita inginkan, terutama dalam era media sosial dan jejaring sosial seperti sekarang ini. Hampir semua kita memiliki minimal satu akun media sosial atau jejaring sosial seperti Facebook, Twitter, Blog, Forum, Milis, Path, dan lain sebagainya. Kalau kita perhatikan, dengan akun-akun tersebut kita dimungkinkan untuk hanya menyerap informasi dan pengetahuan seperti yang kita inginkan berdasarkan minat kita saja. Misalnya, para penggemar sepak bola biasanya bergabung dengan akun-akun penggemar sepak bola dan tidak dengan kelompok akun olah raga lain yang bukan kegemarannya. Atau juga kalau anda menyukai bidang energy, maka anda akan lebih fokus untuk bergabung dengan kelompok penyuka bidang energy saja dan sedikit sekali berinteraksi dengan kelompok penyuka Teknologi Informasi karena mungkin tidak menarik buat anda. Atau bahkan kita hanya membuka website yang berkaitan dengan bidang minat kita, termasuk pada website berita online.
Buat saya, ini adalah kabar baik sekaligus juga kabar buruk. Konsentrasi pada satu kelompok dengan kesamaan minat, baik itu berupa hobi, bisnis, filosofi, dan lain sebagainya memang akan semakin mempertajam informasi dan pengetahuan kita, sehingga kita bisa menjadi semakin expert. Namun demikian, dalam dunia nyata kita dihadapkan dengan berbagai orang dan kelompok dari berbagai bidang minat. Saya membayangkan kalau kita tidak bisa get in the loop dalam percakapan yang kebetulan bukan topik yang kita minati, sementara lawan bicara kita adalah orang yang semakin expert karena memang bidang minat dia, maka kita akan menjadi terasing.
Kalau dahulu ada orang bijak mengatakan bahwa “Siapa menguasa informasi, dia menguasai dunia”, rasanya hal ini masih sangat relevan dengan keadaan sekarang. Yang menjadi pertanyaan adalah apakah perkataan orang bijak tersebut saat ini hanya berlaku untuk para pemilik usaha media sosial atau jejaring sosial seperti facebook, twitter, path, dan lain-lain saja dimana mereka adalah billionair-billionair baru dunia teknologi informasi, atau termasuk juga kita didalamnya sebagai pengguna?
Ketidak terbukaan atas informasi dan pengetahuan yang bukan menjadi minat kita bisa menjadikan kita mengalami lack of knowledge. Padahal dalam pengambilan keputusan kita selalu dihadapkan pada pilihan-pilihan dengan masukan informasi yang sangat banyak. Kita perlu untuk membuka diri terhadap semua bentuk pengetahuan dan pemahamannya. Mungkin tidak mendalam seperti yang menjadi bidang minat kita, namun juga tidak terlalu dangkal. Kita perlu membangun attitude of knowledge yang baik, dimana pada akhirnya semua keputusan yang kita buat haruslah didukung oleh berbagai aspek pengetahuan yang memadai.
Dunia teknologi informasi telah memberikan ruang yang sangat luas bagi kita untuk “mencari ilmu sampai ke negeri Cina” seperti yang menjadi petuah dari orang tua kita dahulu. Maksudnya bukan hanya untuk mencari informasi tapi juga mencari inspirasi dan pengetahuan. Bahkan untuk browsing misalnya di google atau yahoo sekalipun, kita memerlukan pengetahuan yang memadai untuk melakukannya. Kabar baiknya, pengetahuan untuk mendapatkan pengetahuan tersebut ternyata bisa juga kita temukan kalau kita browsing di internet. Kalau ini bisa kita optimasi, saya yakin suatu saat anda dan saya bisa menjadi penguasa informasi yang bisa menguasai dunia.
Salam.